|
Pos, Filateli dan Riwayatmu Kini
MEDAN (LoveIndonesiaPhilately) -
From: "Efendy Nyoman"
Salam jumpa & sudah lama tidak membaca info fila yang sering Pak Agus
muat di milis ini, ada sedikit tanggapan untuk prangko terbitan 2005,
Juga terbitan tahun sebelumnya,
Kenyataannya banyak sekali seri prangko/ss yang tidak jadi terbit di
tahun2 sebelumnya, padahal sudah terprogram dan disebarkan Pos melalui
brosur maupun media ini, kita tidak pernah tahu kenapa & juga
kelanjutannya apa, seperti contoh rencana tahun sebelumnya Pos akan
menerbitkan tema sepeda motor kuno, CK Sinpex 2004, juga seri
joint-issue china dan seri lainnya tidak pernah ada penjelasan
kelanjutannya, apa hanya akan tinggal kenangan semata atau kalau ada
apalagi "usaha" yang akan dilakukan oleh Pos untuk menerbitkannya di
tahun-tahun mendatang?
POS (dalam hal ini dirjen pos; orang-orang yang bertanggung-jawab
terhadap penerbitkan prangko Indonesia, harusnya adalah personil yang
kompeten dan penuh inovasi dan kreatifitas dalam menyusun, mendisain dan
yang paling penting "bagaimana cara memasarkannya dan laku di
masyarakat"
Dengan jumlah penerbitan yang hanya berkisar 8-12 seri prangko setahun,
seharusnya masih tersedia cukup banyak waktu dan tenaga untuk mendesain
Seri prangko "yang menarik dan cepat laku" serta dapat diterima kalangan
filatelis maupun masyarakat pemakai jasa pos.
Beberapa tahun terakhir ini Pos hanya "sanggup" menerbitkan prangko yang
berkisar 200-300 ribu keping per seri penerbitan, inipun menurut hasil
survey mereka dan pada realitas memang demikian, jumlah cetak yang
sedemikian minimnya sehingga menjadi sangat ironis jika dibandingkan
dengan jumlah populasi masyarakat Indonesia yang sudah mencapai hampir
250 juta (perbandingannya kira-kira 1 keping prangko untuk 1000 orang)
Jika diasumsikan diantara 1000 penduduk Indonesia hanya ada satu orang
saja yang berminat membelinya, baik itu dipakai untuk mengirim surat
atau buat dikoleksi ataupun sebagai kenang-kenangan, maka dapat
dibayangkan setiap terbit prangko tema/topik apapun akan habis terjual
dalam sekejap!
Tetapi hipotesa ini tidak berlaku buat Pos Indonesia, pada kenyataannya
prangko dimaksud masih dapat dibeli di banyak kantor pos bahkan sampai
beberapa bulan ke depan.(informasi ini perlu diketahui seluruh filatelis
maupun pengumpul prangko, baik yang masih aktif maupun tidak lagi, ke
depan
prangko terbitan 2001-hingga sekarang akan merupakan "barang yang susah
dicari" walaupun tidak bisa dikatakan langka, karena ini semua termasuk
dalam skenario-nya Pos Indonesia dalam menentukan dunia filateli
Indonesia di masa depan. Prangko edisi tahun terakhir ini akan seperti
prangko terbitan tahun 1970-an yang harganya sudah sulit dijangkau baik
oleh filatelis pemula maupun kalangan yang uang sakunya pas-pasan.
Bicara tentang uang saku(sumber dana), masa-masa ini adalah masa krisis
multi-lapis, mulai dari krisis moneter hingga lonjakan BBM baru-baru
ini, biaya kebutuhan hidup sudah melampau batas kemampuan rata-rata,
pihak Pos seyogianya "dianjurkan" tidak menerbitkan lagi prangko-prangko
berseri yang isi tiap serinya bisa mencapai 10 hingga 30 keping prangko,
jika harga satu keping nilainya Rp.1.500,- maka buat membeli setiap satu
edisi/seri akan membutuhkan dana Rp. 15.000 hingga 45.000 (bayangkan
dengan seri cerita rakyat yang diterbitkan Pos sejak tahun 1998 hingga
2006 nantinya, total ada 9 seri dengan jumlah masing-masing 20 keping
prangko, jika diasumsikan ada filatelis pemula yang ingin membeli paling
sedikit dibutuhkan dana sebesar Rp. 200.000,- (nilai aktual 9 seri
berisi masing-masing 20 keping prangko). Ini masih belum termasuk carik
kenangan(SS), serta produk varian lainnya.
Dengan jumlah keping (selanjutnya disingkat v) prangko seri cerita
rakyat yang sedemikian fantastis, sekitar 180 v dengan perkiraan seri
2006 juga terbit dalam jumlah yang sama, mungkin Pos Indonesia sudah
menciptakan rekor baru di dunia filateli dengan jumlah v prangko yang
demikian banyaknya hanya dalam satu seri.
Ini masih belum apa-apa (buat pihak Pos minus kalangan filatelis), masih
ada seri-seri lain yang tidak kalah bersaing, masing-masing mengekor
dengan jumlah v yang lumayan banyaknya, seperti seri flora fauna sejak
tahun 1995-98(@10v) kemudian berlanjut hingga sekarang @ 6v , seri Tata
Surya ada 20v dan mungkin masih akan terus berlanjut, seri Puspa NKRI
2004 yang berjumlah 30v, dan yang terakhir seri makanan tradisional
(kabarnya akan terus berlanjut laksana cerita rakyat? Bisa dibayangkan
betapa hebatnya perancang prangko kita sekarang ini... Pos pada saat ini
sudah jauh menelantarkan masyarakat filatelis tanah air!
Pada edisi tahun 1980-1990 dan berlanjut hingga 1997 jumlah keping
prangko yang terbit dalam satu seri tidak pernah melewati 7-8v itupun
dengan nilai uang masa itu berkisar Rp. 75,- hingga Rp.300,-
Sekarang dengan dengan jumlah cetak per tahunnya hanya 12 seri per
tahun, memang jauh dibawah jumlah terbit sebelum tahun 2000, yang
rata-rata 20-25 seri per tahun. Tetapi Pos tidak menyadari atau memang
tidak peduli, pada kenyataannya jumlah keping prangko yang terbit sejak
2000 ke atas jauh melebihi jumlah keping yang diterbitkan tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini menimbulkan efek domino, karena bagi filatelis
disamping harus susah payah mengumpulkan satu seri lengkap yang lumayan
banyaknya, juga harus merogoh koceknya lebih dalam lagi, belum lagi
ketersediaan album prangko yang layak (yang umumnya harus diimpor,
karena tidak ada lagi produk lokal). Juga perlu disadari prangko
rancangan Pos seperti cerita rakyat, tata surya, puspa NKRI adalah jenis
lembaran prangko yang sulit ditempatkan dalam album standar.
Bukan masalah lagi berapa jumlah seri per tahun terbit, tetapi
seharusnya dibatasi jumlah keping setiap prangko yang diterbitkan, jika
Pos masih memakai prosedur baku, satu seri prangko hanya maksimal 4v,
maka jumlah v per tahunnya hanya dibatas 48v, jika nilai 1v Rp. 1.500,-,
maka jumlah total
Per tahun cukup Rp. 72.000 ditambah dengan CK dan varian lainnya dalam
setahun penerbitan dana yang dibutuhkan berkisar Rp 100.000 s/d
Rp.150.000,-
Jumlah v yang ideal adalah 2-4-6-8 per seri sesuai standar dunia,
walaupun kadang terbit juga dalam angka ganjil 3-5-7. Prangko peringatan
apalagi yang berafiliasi dengan UPU maupun peristiwa dunia, cukup 1v
saja, misalnya Peringatan 100th Rotary International yang jatuh pada
tanggal 6 Maret 2005,
Pertemuan Toba Summit antar gubernur dunia (NRG4SD) pada 10 Maret 2005
di Parapat, sayang sekali peristiwa abad ini seakan "terlupakan" oleh
Pos. Prangko untuk memperingati Tsunami Aceh atau setidaknya berupa
sampul SP sudah "wajib" diterbitkan oleh Pos dalam waktu secepatnya, di
samping bisa menggalang dana dengan menambah "surcharge" atau biasa
disebut prangko amal, juga dana terkumpul dapat disalurkan ke Aceh dan
daerah bencana alam.
Pada kenyataannya bencana alam maha besar abad ini telah mengundang
banyak tokoh-tokoh dunia yang datang berkunjung dan mengulurkan bantuan
yang tiada hentinya, itupun telah luput dari ide/kreatifitas para
"tokoh" Pos kita.
Pos tidak harus risih ataupun tertutup terhadap masukan/kritikan dari
luar, sebagai perusahaan yang besar dan terbuka untuk umum, seharusnya
Pos sudah ada team-work yang handal yang khusus menangani perfilatelian
Indonesia. Kita tidaklah kurang bergaul, tetapi kenyataannya Pos hingga
kini ??? belum pernah menjalin kerja-sama terbit (joint issue) dengan
Pos tetangga sesama Asean? Apalagi harus menjalin hubungan dengan
tetangga jauh seperti China, Jepang, Arab dll, fakta yang ada ternyata
sejak Pos lahir sampai sekarang baru ada dua seri joint issue yang
terbit(Pakistan 1994, dan Australia 1996)
Pada penerbitan 2005 ada rencana gabung-terbit dengan negara Slovakia,
entah topik menarik apa yang cukup menarik dan memiliki kesamaan dengan
negri kita,
Tetapi jika kita melirik sesama tetangga Asean, kiranya akan banyak
topik flora dan fauna kita yang mempunyai asal-usul yang sama. Untuk
mengetahuinya cukup mebuka di situs internet, dan Pos sudah bisa
menjalin hubungan gabung-terbit tanpa harus menghabiskan biaya
perjalanan dinas ke luar negri.
Topik hewan tapir, badak, harimau dan banyak hewan liar yang dilindungi
memiliki banyak kesamaan dengan negara seperti Malaysia, Vietnam,
Myanmar dan Laos. Beberapa jenis burung lokal dan migrasi juga banyak
terdapat kesamaan yang hampir merata di semua negara Asean. Burung
cendrawasih antara Irian Barat dengan kerabatnya di Papua Nugini (PNG)
juga merupakan topik favorit dan memiliki nilai jual yang tinggi, dan
yang pasti akan menarik minat banyak filatelis nasional maupun manca
negara.
Ada beberapa permintaan kita kepada pihak Pos, kiranya dapat
dipertimbangkan dan diwujudkan di tahun-tahun mendatang, mudah-mudahan
filateli negri ini akan lebih berkembang dan disukai semua orang, a.l:
1. Pos wajib menerbitkan buletin yang berisi rencana terbit prangko
dalam
edisi satu tahunan. Bukan seperti 3 tahun terakhir ini jadwal
terbitnya
dicetak diatas lembaran kalender berukuran A1, disamping ukurannya
yang
lumayan besar, juga penyebarannya tidak merata karena jumlah cetak
yang
terbatas. Cukup diatas lembaran A4 yang dapat dilipat dan dapat
disebar
merata hingga ke daerah, atau kalau memungkinkan dapat diterbitkan
lagi
buletin prangko 3 bulan sekali seperti di masa lalu.
2. Sejatinya setiap akan terbit prangko baru, sudah ada selebaran yang
disebar ke daerah tentang rincian jumlah cetak, varian lainnya
seperti CK,
SHP dan lain sebagainya. Bukan seperti selama ini yang terjadi di
daerah,
terutama di Medan, prangko sudah terbit tetapi brosur detil prangko
baru
tiba berminggu kemudian.
3. Kalau memungkinkan, topik/tema yang kurang populer seperti makanan
tradisional,luar angkasa, memancing, atau tema peringatan yang tidak
masuk prioritas dapat diminimalkan. Seharusnya sudah ada dalam
rancangan
Pos, misalnya satu tema cukup diterbitkan 1 kali dalam 5-10 tahun,
dan
topik yang favorit seperti flora & Fauna dapat dimasukkan sebagai
jadwal
terbit setiap tahun (Ini sudah dilakukan Pos sejak 1993 lalu, akan
tetapi
akan lebih baik kalau dicetak secara terpisah antara flora dan fauna,
ini
akan memudahkan filatelis menyusunnya dalam album sesuai
klasifikasinya.
(Ada saran untuk tema ini, misalnya penampilan gambar serangga atau
kupu-
kupu dengan bunganya, hewan dengan habitatnya, burung dengan pohon
kesukaannya. Ini didesain cukup dalam satu keping prangko saja)
4. Tema seperti zodiac (shio) tidak pernah diterbitkan Pos. Padahal
banyak
diterbitkan di hampir semua negara di Asia, Amerika, Kanada,
Australia
dan bahkan di banyak negara di Afrika. Ada beberapa plesetan terbitan
tahun sebelumnya di negri kita; tahun Kerbau (Makassar'97), Harimau
(Singpex'98), Kelinci (China Stampex'99), dan Naga (Bangkok 2000).
Setelah itu tidak ada sama sekali lagi. Tetapi ada lelucon di
kalangan
filatelis kita, tahun ular 2001 diterbitkan juga dalam edisi cerita
rakyat, tetapi yang tampak hanyalah samar-samar adalah seekor
'cacing'.
Yang menjadi tantangan apakah Pos berani menerbitkan seri Zodiac,
padahal
1 keping pun cukup, jika permasalahannya ada satu varian dari 12
hewan
shio itu merupakan "in-halal" bagi kalangan tertentu. Pos tentunya
bisa
menggantikannya misalnya denga hewan langka Anoa, atau rumah adat
Batak
/Toba dengan lingkungannya, cara berburu masyarakat Dayak, atau
panorama
di Papua dimana hewan ini merupakan pandangan sehari-hari di hampir
seluruh pelosok negri, lalu kenapa kita merasa 'ogah' menampilkannya
hanya diatas selembar prangko.
Bukankah didalam desain teknologi sekarang ini gambar seekor babi
bisa
diubah menjadi seperti kancil atau rusa. (seperti cerita ular menjadi
cacing diatas) Yang penting tema ini merupakan yang terfavorit di
Asia
dan juga dibelahan dunia lainnya, juga memiliki nilai jual tinggi dan
paling dicari kalangan filatelis dewasa ini. Selanjutnya kita hanya
bisa
berharap Pos suatu hari akan berbenah-diri juga.
HOME | Today's
News | Shopping | Add URL
Copyright 1999-2005
© SuratkabarCom Online
|