|     |  
Merenung 82 Tahun PFI
 
 
TOKYO (LoveIndonesiaPhilately) - 
Hari ini 29 Maret tepat 82 tahun lalu Perkumpulan Filatelis Indonesia 
(PFI) berdiri. Tentu dengan nama lain. Mau tahu lengkap sejarahnya, 
coba buka http://prangko.or.id
 
Banyak sekali perubahan. Apakah berubah semakin baik atau tidak, 
menjadi masalah lain karena perjalanan waktu juga membuktikan 
segalanya serba lain.
 
Terpenting memang mengintrospeksi diri, melihat diri kita masing-
masing, apakah kita sudah menyumbangkan sesuatu buat Filateli 
Indonesia atau belum. Atau mungkin hanya menjadi pendengar, pembaca 
dan pengamat di belakang meja saja?
 
Tidak bisa disalahkan kalau memang demikian. Mengapa? Karena hobi 
filateli sangat pribadi. Istilah keren sekarang Privacy harus 
dilindungi. Atau mungkin berlindung di balik batu? Tak tahulah.
 
Masalah sangat pribadi filateli ini perlu digoyangkan oleh orang yang 
memang suka berorganisasi dan sekaligus berfilateli. Orang macam 
inilah yang sangat jarang di Indonesia.
 
Suka berorganisasi saya tak ragu karena banyak waktu di Indonesia. 
Daripada menganggur lebih baik atif di sana sini. Bahkan kebanyakan 
waktu sampai muncul keributan akibat kebanyakan ngomong sana-sini.
 
Suka berfilateli, ini yang repot. Kocek kantong terbatas. Padahal 
filateli butuh banyak uang dan uang bukan jatuh gratis dari awan 
seperti hujan. Kalau yang disebut suka filateli hanya melototin saja, 
semua orang Indonesia pasti suka filateli.
 
Perkawinan kedua unsur itulah yang bisa menghidupkan perfilatelian di 
Indonesia.
 
Bagaimana dengan peran Posindo? Besar sekali. Tapi namanya pedagang, 
apa pun yang bisa dijadikan duit ya dijadikan duit. Bedanya, Posindo 
milik pemerintah (mayoritas saham dipegang pemerintah), jadi harus 
ada sebagian usahanya disalurkan ke bidang sosial.
 
Untunglah bukan 100% milik swasta. Kalau 100% milik swasta habislah 
kita semua tercekik model mirip terikat tengkulak picik. 
 
Lalu apakah bidang sosial itu sudah dijalankan? Sudah. Tapi 
pertanyaan tidak berhenti sampai di sana, seberapa jauh 
jawaban "sudah" itu dilaksanakan? Seberapa jauh keterbukaannya kepada 
pencinta filateli dan masyarakat?
 
Bisa hitung sendiri mungkin, biaya pasang iklan satu halaman di koran 
terbesar di Indonesia, berwarna lagi, dibandingkan biaya yang 
dikeluarkan untuk filateli - semua harus dibandingkan dalam hitungan 
per tahun agar adil, APAKAH SUDAH ADIL dan bisa dikatakan 
bersosialisasi dengan baik khususnya di masyarakat filateli Indonesia?
 
Terus kita ingat lagi soal Sejuta Filateli. Di mana hasilnya saat 
ini? Cobalah PFI dan atau Posindo membuka sedikit gambaran data yang 
dihasilkan atas proyek Sejuta Filateli.
 
Jumlah orang bertambah, apakah sesuai dengan pertambahan kualitas 
aatau mutu filatelis yang ada di Indonesia?
 
Semua serba tandatanya, semua serba tak tahu, semua serba kira-kira. 
Saya sendiri kadang bingung sendiri mau ngomong apa karena serba 
ketidaktahuan dan serba ketidakpastian ini. Negara kira-kira, 
begitulah Indonesia.
 
Tak ada gading yang tak retak. Saya pun penuh dengan kekurangan. Anda 
pun semua juga pasti demikian. Terpenting, mari kita membuka diri 
masing masing untuk saling membangun perfilatelian Indonesia.
 
Jangan merasa sok sendiri, jangan simpan ilmu filatelimu, jangan 
merasa hebat sebagai penerbit dan penguasa prangko, jangan berpikir 
hari ini saja, dan jangan cari duit melulu memeras kalangan filatelis.
 
Layaknya budaya timur yang saling mengingatkan dan merendah, marilah 
kita semua bekerja keras untuk kemajuan filateli. Tak perlu berkoar, 
tapi tancapkanlah tujuan dan greget gita kuat-kuat demi filateli 
sehingga menghasilkan yang positif, lebih baik dan berguna bagi 
masyarakat filateli Indonesia.
 
Selamat dan semoga masyarakat filatelis Indonesia semakin maju !
Cinta tanah air cinta filateli !
 
Richard Susilo
 
 
 HOME | Shopping | Add URL | Join Mailing List StampsCollectors 
Copyright 1999-2004   ©  LoveIndonesiaPhilately 26112002-2004 |